17 Januari 2014

FOKUS: Inilah Hal Yang Bisa Ditawarkan Clarence Seedorf Di Milan

 Menunggu era baru Seedorf
Sebagai pemain, kualitasnya tak diragukan lagi. Tapi bagaimana ceritanya bila Seedorf jadi pelatih? Kita tunggu dan lihat saja.

Clarence Seedorf. Yang terbesit di pikiran saya adalah sukses di Liga Champions.

Sebagai pemain, catatan kesuksesannya di Liga Champions terbilang luar biasa. Ada tiga tim yang pernah dibawanya menjadi juara di ajang kompetisi antarklub terbaik Eropa itu, yaitu Ajax Amsterdam (1994/95), Real Madrid (1997/98) dan Milan (2002/03 dan 2006/07).

Di kompetisi domestik, Seedorf juga luar biasa. Ajax, Milan, Real Madrid dan Botafogo sudah merasakan kontribusi nyata darinya.

Karena prestasinya itu, tak salah jika Seedorf banyak dilibatkan dalam susunan tim terbaik, baik versi UEFA, FIFA. Penghargaan personal juga diberikan untuknya. Singkatnya, sebagai pemain, Seedorf adalah pemain legenda.
FAKTA CLARENCE SEEDORF DI MILAN
  • Menjadi allenatore ketiga Milan yang lahir pada 1 April setelah Arrigo Sacchi dan Alberto Zaccheroni
  • Menjadi allenatore ke-11 Milan di era Silvio Berlusconi.
  • Menjadi pelatih berkulit hitam kedua di Italia setelah Jarbas Fautinho Cane, yang menangani Napoli di musim 1994/95
  • Meraih sepuluh gelar juara selama satu dekade berkarir bersama Milan.

Nah, ketika pemain kelahiran Paramaribo, Suriname itu ditunjuk sebagai pelatih menangani klub sebesar Milan, tak sedikit yang kemudian mempertanyakan keputusan klub Serie A Italia itu.

Tak sekalipun Seedorf pernah menjadi pelatih, atau sekadar asisten. 22 tahun perjalanan karirnya sebagai pemain berakhir ketika dia secara resmi ditunjuk sebagai pelatih beberapa hari lalu.

Lalu apa yang bisa ditawarkan Seedorf sehingga memikat manajemen Milan untuk menempatkannya sebagai allenatore berikutnya?

Pengalaman. Seedorf memiliki banyak. Dia tahu bagaimana harus bersikap dan menunjukkan apa yang harus dilakukan dengan pengalaman yang dimilikinya. Di lapangan, Seedorf dikenal sebagai pemain yang tenang. Ratusan laga yang sudah dijalaninya, hanya dua kali kartu merah didapatnya.

Itu saja? Belum dan pastinya tak akan cukup. Gaya bermain terlihat sombong, tapi kepercayaan diri Seedorf pada kemampuannya sangat luar biasa. Dia bisa membalikkan sorakan dan ejekan menjadi standing applause di akhir laga. Seedorf juga terlahir sebagai pemimpin. Buktinya, sejak usia 16 tahun, Seedorf sudah diberikan ban kapten di level junior, baik timnas Belanda hingga di level klub.

Ilmu kepelatihan juga banyak didapatnya dari pelatih berkelas dunia. Louis Van Gaal, Fabio Capello, Sven-Goran Eriksson, Guus Hiddink dan Carlo Ancelotti adalah beberapa di antaranya. Dari sanalah Seedorf mendapatkan bekalnya.

Dari Capello, Seedorf mendapatkan kepemimpinan dan profesionalisme. Untuk hal demokratis dan simpati, Seedorf mendapatkannya dari Erikson. Ancelotti mengajari bagaimana harus bersikap loyal, sopan tapi juga tidak melupakan untuk tetap bercanda. Dari Hiddink, banyak strategi dan cara mengevaluasi tim yang didapat pria 37 tahun itu. Lippi memberikannya kemampuan menatur lini belakang dan bagaimana bermain pragmatis. Dan yang terutama adalah Van Gaal, mentor dan otokrat yang tak kenal ampun. Seedorf mendapatkan pendidikan terbaiknya, meski lisensi dari UEFA belum ada di tangannya.

Psikolog olahraga Milan pernah mengungkapkan bahwa Seedorf berbicara 10 persen layaknya pemain, 70 persen seperti pelatih dan 20 persen seperti manajer umum. Kemampuannya berbicara enam bahasa menjadi modal tersendiri.

Dengan semua itulah yang membuat Milan kepincut kepada Seedorf. Belum lagi terobosan baru yang ditawarkan Seedorf selama menukangi Milan untuk dua setengah musim ke depan.

Seedorf membawa rencana dengan menunjuk satu pelatih untuk fokus pada pembenahan secara khusus di setiap lini per lini, mulai dari kiper, lini belakang, tengah hingga depan. Sejumlah pelatih pun sudah disiapkan seperti Jaap Stam, Patrick Kluivert, Hernan Crespo dan Edgar Davids.

Sejatinya, rencana ini bukanlah terobosan baru. Ajax Amsterdam sudah mengusungnya sejak lama. Skema latihan ini kemudian disebut PST, Position Speicific Training, alias Latihan Spesial Menurut Posisi. Di musim ini, Ronald De Boer ditemani oleh Stam untuk berlatih secara khusus bersama pemain belakang, Dennis Bergkamp bersama penyerang depan, Marc Overmars bersama para winger da Edwin Van Der Sar menularkan kemampuan kepada kiper. Tak hanya itu, mantan atlet judo seperti Gauillaume Elmont, Freek de Boer dari lompat galah hingga Bram Som dari cabang atletik juga dilibatkan untuk ikut mengembangkan kemampuan di berbagai level.

Sistem seperti inilah yang nantinya akan diinstal di Milan. Harapannya, seperti yang dimiliki Barbara 'Lady B' Berlusconi, Milan lebih bisa memaksimalkan potensi pemain muda yang dimiliki tim dan seminimal mungkin mendatangkan pemain berkelas dunia.

Tertarik melihat bagaimana Milan di era Seedorf? Kita tunggu dan lihat saja nanti.

0 komentar:

Posting Komentar